Selasa, 02 Desember 2014

PENYU BELIMBING

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) atau Leatherback merupakan penyu terbesar sekaligus juga penjelajah handal lautan. Penyu belimbing mampu mempunyai ukuran panjang hingga 3 meter dengan berat dewasa mencapai 900 kg.
    
Penyu belimbing merupakan satu dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia. Penyu belimbing Juga merupakan salah satu dari enam spesies penyu yang dapat ditemukan di Indonesia. Sayangnya, penyu belimbing pun termasuk salah satu dari 71 hewan langka yang berstatus Critically Endangered. Bahkan termasuk satu dari tujuh reptil paling langka di Indonesia.

Penyu dengan ukuran terbesar dibandingkan jenis penyu lainnya ini di Indonesia kerap disebut sebagai penyu belimbing. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Leatherback, Leathery Turtle, Luth, Trunkback Turtle. Sedangkan dalam bahasa latin mempunyai nama resmi Dermochelys coriacea yang bersinonim dengan Testudo coriacea.


Penyu Belimbing
Penyu Belimbing betina sedang bertelur

Diskripsi fisik dan perilaku. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) umumnya mempunyai panjang karapas 1-1,75 meter. Sedangkan panjang total umumnya 1,83-2,2 meter. Berat rata-rata penyu belimbing adalah 250-700 kilogram. Meskipun spesies terbesar yang pernah ditemukan (di pantai barat Wales tahun 1988) mempunyai panjang 3 meter (9,8 kaki) dari kepala sampai ekor dengan berat 916 kg.

Penyu Belimbing
Secara fisik, penyu belimbing (Leatherback) agak berbeda dengan penyu laut lain. Bentuk tubuhnya lebih hidrodinamik dibandingkan penyu lainnya. Perbedaan lainnya adalah Karapas penyu belimbing yang sedikit fleksibel dengan tekstur kenyal. Tidak adanya sudut tajam yang terbentuk antara karapas dan bawah perut (Plastron).

Selain ukurannya yang besar, penyu belimbing, sebagaimana jenis penyu lainnya pun sebagai penjelajah lautan yang handal. WWF Indonesia bekerjasama dengan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) pada Juli 2003 memasang transmitter di punggung sepuluh ekor penyu belimbing yang dilepas dari pantai Jamursba Medi, Papua. Pada Mei 2005, berdasarkan pengamatan satelit, penyu tersebut diketahui berada di Monteray Bay, sekitar 25 km dari Golden Bridge, San Fransisco, Amerika Serikat.

Saat menetas, berat penyu belimbing hanya sekitar 200 gram dan langsung berenang ke lautan untuk menjelajah samudera. Penyu ini baru akan singgah di daratan kembali setelah seberat 600 kg hanya untuk bertelur selama tiga jam. Setelah bertelur, sang penyu belimbing akan kembali lagi mengarungi lautan dan kembali lagi untuk bertelur 2-3 tahun kemudian. Uniknya, seperti jenis penyu lainnya, penyu belimbing ini akan setiap kali bertelur cenderung kembali ke pantai yang sama di mana ia ditetaskan meskipun telah mengarungi samudera hingga ribuan mil. Dalam sekali bertelur penyu belimbing mengeluarkan hingga 100-an butir telur, sayangnya diperkirakan hanya satu persen yang kemudian mampu bertahan hidup hingga dewasa.


Penyu Belimbing Berenang di Lautan
Makanan utama penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah ubur-ubur. Sayangnya, seringkali ditemukan penyu mati lantaran memakan sampah plastik yang dikiranya ubur-ubur.

Habitat, Persebaran dan Populasi. Penyu belimbing (Leatherback) mempunya daerah persebaran yang luas meliputi Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan Mediterania. Meskipun daerah sebaran dan habitatnya luas namun populasi penyu belimbing semakin hari semakin menurun dratis. Tahun 1982 diperkirakan populasinya 115.000 ekor penyu dewasa. Namun berdasarkan data terakhir (1996) diperkirakan populasinya hanya tinggal 20.000-30.000 ekor saja (IUCN). Bahkan CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) memperkirakan hanya ada sekitar 2.300 penyu betina dewasa yang masih tersisa di Samudera Pasifik.

Penurunan populasi ini diakibatkan oleh perburuan liar untuk diambil daging, cangkang dan telurnya. Pencemaran laut juga mempengaruhi populasi penyu belimbing, tidak sedikit penyu belimbing yang mati setelah memakan sampah plastik yang dikira ubur-ubur. Di samping itu rusaknya ekosistem pantai akibat abrasi pantai atau aktifitas manusia sering kali membuat penyu yang hendak bertelur di pantai urung lantaran merasa tidak aman.

Karena penurunan populasinya yang cepat, IUCN Redlist memasukkan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dalam klasifikasi spesies Critically Endangered (Sangat Terancam Punah). CITES pun memasukkannya dalam daftar Apendiks I yang berarti melarang segala bentuk perdagangan dan perburuannya. Di Indonesia, penyu belimbing (Leatherback) termasuk salah satu hewan yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.

Meskipun termasuk spesies critically endangered IUCN Redlis, terdaftar sebagai Apendiks I CITES, dan termasuk binatang yang dilindungi namun hewan langka ini masih sering diburu baik daging maupun telurnya di wilayah favorit penyu belimbing untuk bertelur, pantai Indonesia.

                                                                    
                                                                  PENYU BELIMBING

Klasifikasi ilmiah: 
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas         : Reptilia
Ordo          : Testudines
Famili        : Dermochelyidae
Genus        : Dermochelys
Spesies      : Dermochelys coriacea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar